Tahun ini kemarau memang terasa panjang,
berbeda dari tahun lalu. Berdasarkan prediksi cuaca
kemungkinan November baru datang
sang Hujan. Suasana kering kerontang, tanaman banyak yang meranggas,
sumber-sumber air pun mulai berkurang. Melihat tanaman di depan rumah yang
mengering, layu ternyata ikut mempengaruhi mood juga sehingga perlu disiram setiap pagi
dan sore hari ketika aku pulang
dengan membawa beban kelelahan dari kantor. Melihat
tetesan air di pucuk dedaunan dan rumput yang basah setelah terkena guyuran air
dengan sendirinya juga ikut mengguyur keringnya hati. Jadi berharap semoga sang
hujan segera datang menyapa. Manusia menag tidak pernah bisa hidup tanpa air.
Kondisi seperti ini mengingatkan
suasana yang kualami tahun lalu ketika mengunjungi Telaga
Sarangan di saat musim kemarau tahun lalu. Ini adalah pengalaman kedua pergi kesana, setelah lebih
dari sepuluh tahun yang lalu. Banyak hal yang sudah berubah di sana ternyata.
Dulu pertama ke sana kondisi iklim masih cukup dingin, sekarang mulai terasa
memanas dan air danau pun terlihat susut. Entahlah mungkin karena kemarau ekstrim.
Tujuan yang sebenarnya bukan ke Sarangan,
namun untuk kondangan di rumah saudara dari isteri, lebih tepatnya saudara
sepupu di Magetan untuk menghadiri acara pernikahan. Sekalian di sana mampir ke
Sarangan. Dengan diantar saudara yang memang sudah biasa bolak balik ke Sarangan,
perjalanan terasa menyenangkan. Rute yang terus naik, dengan pemandangan hijau
di kanan dan kiri, berharap pun Sarangan akan demikian (sejuk dan hijau ).
Melewati hamparan perkebunan strowberry yang ternyata dibuka untuk umum untuk
wisata memetik sendiri buah strowberry, menjadi pilihan untuk didatangi nanti
sepulang dari Sarangan.
Sampai di lokasi ternyata ada yang sedikit
berbeda dari yang kami bayangkan sebelumnya. Melihat air menyurut dari
permukaan telaga Sarangan jadi terasa aneh. deretan speedboat warna warni yang bertengger menunggu para penumpang yang ingin sedikit mencoba debur danau Sarangan. Berjalan menyisir tepian danau yang
kotor dan semrawut ( semua moda bisa masuk tanpa pengaturan ), sayangnya
pandangan ke arah telaga terhalang orang-orang yang berdiri mematung di tepi
pagar pembatas.
Setidaknya masih bisa menikmati sate kelinci
yang khas, dan secangkir kopi panas di warung tepi jalan. Memang penjual sate
kelinci banyak bertebaran di sepanjang jalur di tepi danau, namun sayang tidak
tertata dan teratur, yang makin diperparah dengan kendaraan yang parkir
sembarangan, belum lagi keberadaan kuda wisata yang saling berebut jalan dengan
pejalan kaki dan kendaraan yang lalu lalang. Untung saja lansekap yang menjadi
background sang danau cukup mengalihkan perhatian, yang diselingi deretan villa
dan penginapan yang kelihatannya semakin banyak. Keindahan lukisan alam dengan
dominan hijaunya pepohonan yang membingkai sang telaga setidaknya tidak ikut
murung melihat surutnya air telaga.
Kusempatkan juga juga untuk berkeliling danau
dengan speed boat sewaan, dan mencoba menaiki kuda wisata meniti jalan
sepanjang tepian danau untuk sedikit mengikis rasa kecewa dari kondisi surutnya
air. Setidaknya keluarga, terutama anak-anak cukup bergembira dengan pengalaman
yang baru ini.
Sepulang dari sana, mampir sejenak ke
perkebunan stroberi sesuai rencana awal, berharap ada pengalaman baru, terutama
bagi anak-anak yang tidak sabar ingin segera memetik buah stroberi langsung
dari pohonnya. Ternyata musim panen sudah lewat, haha, hanya beberapa buah sisa
yang masih bertengger di dahannya. Tak apalah, bagi anak-anak sudah cukup
senang mengeksporasi tanaman stroberi, mencoba memetik beberapa buah yang masih
tersisa, bagi emak-emak lebih memilih untuk narsis mengabadikan momen
“seolah-olah” memetik buah stroberi langsung dari pohonnya.
Cerita ini memang sudah lewat setahun yang
lalu, kucoba untuk merekonstruksi kembali dokumentasi yang ada dalam bentuk
sketsa dengan sketchbook canson yang
memang khusus untuk cat air dan cat air tube Pentel yang dikombinasikan dengan
cat air portabel SakuraKoi. Suasana malam yang sepi, cukup pas untuk
konsentrasi menuntaskan coretan dan sapuan kuas cat air. Memang harus lebih
banyak belajar lagi untuk meningkatkan skill dan kualitas sketsanya, sebisa
mungkin nanti untuk mencoba plein air
sketching.
Malam semakin larut, suara gerimis sedikit memantul di atap genteng rumah.
Kuharap semakin menderas, namun ternyata segera berhenti. Memang harus bersabar
menghadapi kemarau, semoga saja sang hujan
mulai turun.